ilustrasi
PASURUAN, titiksatu.com – Belasan bakal calon kepala desa, tersingkir. Mereka gagal lolos, lantaran tersandung regulasi yang ditetapkan pemerintah daerah.
Sesuai Perda nomor 3 tahun 2021 tentang perubahan ketiga atas peraturan daerah nomor 6 tahun 2015 tentang pemerintahan desa, batasan minimal jumlah calon kepala desa, sebanyak dua orang. Sementara, jumlah maksimal calon kepala desa, adalah lima orang.
Bila lebih, maka dilakukan seleksi tambahan. Nah, seleksi tambahan inilah, yang akhirnya menggugurkan bakal calon kepala desa, untuk melangkah menjadi calon kepala desa.
Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana mengungkapkan, ada 54 desa yang bisa menyelenggarakan pilkades serentak tahun ini. Dari jumlah itu, ada 192 orang yang ditetapkan sebagai bakal calon kepala desa.
Namun, sebanyak tiga orang diantaranya, gagal duluan dalam ujian baca tulis dan membaca kitab suci maupun seleksi tambahan. Lantaran mereka tidak hadir. Selain ada yang meninggal dunia juga ada yang dikarenakan tidak hadir saat ujian dilangsungkan.
Sehingga, tersisa 189 orang bakal calon yang mengikuti ujian. Dari jumlah itu, ada 38 orang yang harus mengikuti seleksi tambahan. Mereka berasal dari Desa/Kecamatan Wonorejo; Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari; Desa Kejugjati, Kecamatan Lekok dan Desa Wates, Kecamatan Lekok. Serta Desa Rebalas, Kecamatan Grati.
“Seleksi tambahan itu diberlakukan, untuk mengambil jumlah batas maksimal dalam pencalonan kepala desa, di masing-masing desa yakni lima orang,” jelas Bakti.
Dari jumlah itulah, 13 orang diantaranya dinyatakan tak lolos. Mereka tak lolos sebagai calon kepala desa, lantaran poin yang didapatkan rendah dari yang lainnya.
“Mereka semuanya lulus ujian. Tapi, tidak bisa lolos sebagai calon kepala desa. Karena poinnya lebih rendah,” bebernya. (and/rif)