KOLABORASI : YABHYSA dan legislatif saat jumpa pers berkaitan dengan komitmen dalam menanggulangi TBC di Kabupaten Pasuruan.
PASURUAN, titiksatu.com – Kasus demi kasus Tuberculosis (TBC) di Indonesia terus bermunculan. Bahkan, berdasarkan data WHO, Indonesia berada di peringkat kedua kasus TBC tertinggi di dunia.
Hal ini patut menjadi perhatian bersama. Sebagai upaya dalam mengeliminasi angka penyakit Tuberculosis (TBC) di Kabupaten Pasuruan, Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA). menggelar kegiatan kolaborasi Bersama yang dilakukan di Hotel Ascent Primer Kecamatan Gading, Kota Pasuruan pada tanggal 25 Januari 2023.
Kegiatan tersebut tidak hanya diikuti pengurus YABHYSA. Tetapi juga, Wakil Ketua DPRD H.M Rusdi Sutejo, Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Pasuruan, M. Zaini serta OPD terkait dan awak media.
Dokter Paru yang juga Ketua KOPI TB Kab Pasuruan, dr. Novita Maulidya, Sp.P menjelaskan, Penyebaran TBC yang cukup cepat dan butuh perhatian khusus. Karena bila tak tertangani dengan baik, bisa berbahaya. Tidak hanya bagi penderita. Tetapi kepada orang sekitarnya.
Ia menjelaskan, penyakit ini berasal dari bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Di mana, bakteri ini dapat berkembang dalam kondisi yang lembab. “Namun, sebenarnya penyakit TBC dapat disembuhkan secara maksimal,” bebernya.
Penderita TBC, kata Novita, ada dua macam, yakni TBC SO (Sensitif Obat) dan TBC RO (Resisten Obat). Kedua jenis TBC ini memiliki penanganan yang berbeda. “Kondisi lingkungan sangat perlu diperhatikan, kebersihan, kelembaban rungan, hal itulah yang paling disukai oleh jenis bakteri tersebut,” ujar dr. Novita.
Khusus untuk penderita HIV dan penyakit gula atau diabetes mellitus, sangat berpengaruh sehingga sangat perlu perhatian, karena kondisi imun yang tidak bagus.
Ketua YABHYSA Dzulfikri Safrian menguraikan, data dari WHO jumlah kasus TBC di Indonesia cukup tinggi. Mencapai 845.000 kasus. Tingginya kasus indonesia berada diperingkat kedua dunia setelah India dan inilah yang menjadi perhatian dari YABHYSA.
Ironisnya, pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberculosis sangat rendah. Buktinya, WHO mencatatkan Indonesia sebagai peringkat kedua. Hal ini, yang menjadi perhatiannya. Untuk lebih peduli terhadap penderita TBC, sehingga lebih mendapat perhatian.
“Apalagi jumlah penduduk yang padat sangat berpengaruh dalam penyebaran penyakit TBC. Dengan agenda ini kita mencoba melakukan kolaborasi program agar target eleminasi TBC di tahun 2030 bisa segera terealisasi sehingga mampu menekan angka penularan TBC di Kabupaten Pasuruan,” urai Dzulfikri.
Wakil DPRD Rusdi Sutejo mengatakan, giat tersebut dinilainya sangat baik untuk kemudian memberikan pemahaman kepada masayraakt. Hal ini diharapkan, bisa memberikan edukasi kepada masyarakat, berkaitan dengan TBC.
“Masyarakat banyak yang salah persepsi terhadap TBC. Padahal TBC bisa disembuhkan 100 persen. Yang terpenting, tertib perawatan dan penanganannya,” sampainya.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Pasuruan, M. Zaini menyayangkan adanya anggaran dari BPJS yang terlalu membatasi. Sehingga, tidak semua masalah kesehatan terlayani dengan maksimal.
“Terimakasih sudah ada lembaga swasta yang mau memfasilitasi masyarakat di Kabupaten Pasuruan dalam menanggulangi penyakit Tuberculosis. Semoga kedepan YABHYSA dapat berkolaborasi dengan baik bersama pihak terkait,” bebernya. (and/rif/adv)